Tak Ada Gencatan, Tak Ada Ampun: Thailand Terus Gempur Target di Kamboja

erabaru.net
4 jam lalu
Cover Berita

EtIndonesia. Dalam beberapa hari terakhir, Angkatan Udara Thailand terus melancarkan serangan udara intensif terhadap sejumlah pusat penipuan daring dan kasino di wilayah perbatasan Kamboja. Operasi ini merupakan bagian dari rangkaian aksi militer terpadu—udara dan darat—yang bertujuan melemahkan jaringan penipuan internasional sekaligus mengamankan titik-titik strategis di garis perbatasan Thailand–Kamboja.

Serangan Udara Presisi: F-16 dan Bom Pemandu Laser

Rekaman yang dirilis 20 Desember memperlihatkan sebuah jet tempur F-16 Thailand menjatuhkan bom berpemandu laser GBU-12 Paveway II ke sebuah kasino di kawasan perbatasan Kamboja. Dalam tayangan tersebut, asap hitam pekat membumbung tinggi sementara beberapa bangunan kasino hancur total akibat hantaman presisi.

Serangan serupa juga terekam di lokasi lain di sepanjang perbatasan. Dalam satu video lain bertanggal 20 Desember, terlihat tiga bom dijatuhkan ke sebuah kasino di area perbatasan dekat Provinsi Pursat, disertai kehadiran drone militer berukuran besar yang melakukan pengintaian udara.

Gerak Maju Pasukan Darat dan Penguasaan Wilayah

Setelah serangan udara, Korps Marinir Kerajaan Thailand bergerak cepat dengan dukungan kendaraan serbu amfibi AAVP, berhasil menguasai Desa Bantasen di perbatasan Thailand–Kamboja serta area sekitar Kasino Tamoda. Rekaman lapangan diambil oleh seorang warga setempat asal Tiongkok; suaranya terdengar jelas mengatakan: “Tiga unit dari belakang juga datang,” merujuk pada kendaraan amfibi Thailand yang menyusul.

Di dalam video yang sama, tampak papan nama berbahasa Mandarin bertuliskan “Klub Rumah Tamu Nomor 5”. Keberadaan papan tersebut menguatkan indikasi bahwa kawasan ini dihuni banyak warga Tiongkok—yang, berdasarkan temuan lapangan, bekerja di pusat-pusat penipuan.

Pola Geografis Pusat Penipuan di Kamboja

Penelusuran peta menunjukkan Kasino Tamoda hanya berjarak beberapa ratus meter dari perbatasan Thailand, namun jauh dari kota-kota besar Kamboja seperti Sihanoukville (Kampong Som) dan Phnom Penh. Pola ini konsisten dengan sebaran pusat penipuan di Kamboja:

Pada 20 Desember, sebuah video dari Poipet menunjukkan warga Tiongkok di atap gedung pusat penipuan mengibarkan tiga bendera—Indonesia, Kamboja, dan Tiongkok—yang memicu perhatian luas di media sosial.

Pernyataan Resmi Militer Thailand

Masih pada 20 Desember, Angkatan Darat Kerajaan Thailand menyatakan bahwa operasi di perbatasan secara signifikan melemahkan jaringan penipuan internasional, membatasi ruang gerak mereka, dan memaksa relokasi. Thailand juga mengakui bahwa sejumlah fasilitas militer Kamboja turut menjadi sasaran karena digunakan berdekatan atau bersama dengan kawasan penipuan.

Pertempuran Darat: Perebutan Bukit 350

Di darat, eskalasi mencapai puncaknya pada 21 Desember ketika Thailand mengumumkan penguasaan penuh Bukit 350—penamaan militer yang merujuk pada ketinggian 350 meter di atas permukaan laut. Lokasi ini berada di kawasan bergunung yang menghadap jalan utama, berdekatan dengan Candi Ta Krabei, sebuah situs bersejarah.

Penguasaan Bukit 350 memberikan keunggulan taktis untuk mengendalikan wilayah puluhan kilometer persegi. Operasi darat dimulai 16 Desember dengan tiga target utama; sebelum menyerbu Bukit 350, pasukan Thailand membersihkan Candi Ta Krabei dan satu pos militer Kamboja di sekitarnya.

Menurut laporan lapangan, Kamboja mengirim pasukan tambahan untuk mempertahankan bukit. Pertempuran sempat mereda pada Kamis malam, lalu kembali memanas sekitar pukul 06.00 pagi keesokan harinya.

Pemutusan Logistik: Jembatan O Chik Dihancurkan

Untuk memutus suplai ke garis depan Kamboja, pada malam 19 Desember Angkatan Udara Thailand menghancurkan Jembatan O Chik di Jalan Raya Nomor 68, Provinsi Oddar Meanchey. Jembatan yang berjarak sekitar 62 km dari perbatasan Thailand ini merupakan jalur logistik vital. Rekaman warga menunjukkan dek beton berlubang besar, tulangan baja terekspos, dan jembatan tak lagi layak dilalui.

Korban dan Penghormatan

Dalam rangkaian operasi tersebut, Thailand melaporkan keberhasilan taktis lain—termasuk penguasaan Bukit 250 pada 20 Desember. Namun, pertempuran ini juga menelan korban: Wakil Komandan Batalyon III Resimen Infanteri ke-23, Prakon, bersama satu prajurit lainnya gugur.

Pada 21 Desember, Pemerintah Provinsi Surin menggelar upacara penghormatan terakhir. Jenazah dipulangkan; prajurit, keluarga, dan warga berbaris di sepanjang jalan sambil mengibarkan bendera nasional, dalam suasana khidmat dan duka mendalam.

Serangan Balasan, Drone, dan Temuan Senjata

Komando Wilayah Militer Kedua Thailand melaporkan bahwa pada 21 Desember pasukan Kamboja masih menggunakan artileri roket dan meriam untuk menyerang posisi Thailand di Dong Trua, Sam Ta Phip, dan Celah Gunung Ta Tao, merusak bunker dan menimbulkan korban. Thailand membalas dengan tembakan artileri, memaksa Kamboja memindahkan posisi tembak.

Menjelang malam, drone digunakan secara masif oleh kedua pihak untuk pengintaian dan serangan. Rekaman 20 Desember juga menunjukkan pasukan Thailand memasuki wilayah Torda, Provinsi Pursat, dengan patroli infanteri dan kendaraan lapis baja. Persenjataan yang terlihat meliputi M16A3, pelontar granat M203, dan senapan mesin FN MAG standar NATO.

Di posisi yang direbut, Thailand mengklaim menemukan senjata buatan Vietnam dan Tiongkok, termasuk RPG versi Vietnam, amunisi mortir 60 mm, serta senapan mesin Tipe 80. Dari pihak Kamboja, video garis depan memperlihatkan drone rakitan dengan hulu ledak RPG antitank Tipe 69 buatan Tiongkok. Rekaman lain menunjukkan pelontar granat 40 mm LG4 buatan Tiongkok macet saat digunakan, serta mortir Tipe 31 (desain lama yang meniru Soviet) dengan hulu ledak HE 60 mm buatan Vietnam.

Isu Situs Bersejarah dan Warga Sipil

Thailand menuduh Kamboja memanfaatkan situs bersejarah sebagai basis militer. Foto-foto yang dirilis memperlihatkan bunker dan pos militer didirikan di dalam kompleks Candi Ta Krabei, dengan dugaan pelibatan warga sipil tanpa memperhatikan keselamatan.

Reaksi Publik dan Dukungan Daring

Seiring beredarnya video yang menunjukkan bendera Tiongkok dikibarkan di pusat-pusat penipuan perbatasan, dukungan terhadap operasi Thailand menguat di media sosial. Banyak warganet Tiongkok menyatakan dukungan di akun Weibo Kedutaan Besar Thailand—memuji upaya pemberantasan penipuan, mendoakan keselamatan pasukan, bahkan menyebut penurunan panggilan penipuan dalam beberapa hari terakhir.

Kesimpulan

Hingga 21 Desember, konflik di perbatasan Thailand–Kamboja masih sangat sengit tanpa tanda gencatan senjata yang jelas. Thailand telah menguasai titik-titik kunci (Bukit 350 dan kawasan sekitar Candi Ta Krabei), memutus logistik, dan menggempur pusat-pusat penipuan yang selama ini beroperasi di zona perbatasan. Perkembangan selanjutnya akan sangat bergantung pada respons Kamboja serta dinamika politik-keamanan regional dalam beberapa hari ke depan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pahami Stres Oksidatif Picu Berbagai Penyakit pada Hewan
• 6 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Pemkot Bandung Perketat Keamanan Jelang Libur Nataru
• 21 jam lalubisnis.com
thumb
Relawan Perlu Tahu, Begini Tips Menjaga Kesehatan Anak di Pengungsian Pascabencana
• 20 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Jejak Janji Pensiun Luhut Diungkit: Saya Tidak Mau Lagi Menjabat
• 22 jam lalufajar.co.id
thumb
2 Pendaki Ilegal Hilang di Gunung Merapi, 1 Orang Ditemukan Dalam Keadaan Lemas
• 10 jam lalunarasi.tv
Berhasil disimpan.