FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Analisis komunikasi politik, Hendri Satrio punya pandangan pribadi terkait polemik di PBNU.
Lebih spesifik terkait polemik yang terjadi di jabat Ketua Umum saat ini.
Hendri Satrio lewat cuitan di akun media sosial X pribadinya punya prasangka pribadinya.
Yang menurutnya pemegang jabatan sebagai Ketua Umum (Ketum) PBNU adalah jabatan yang sifat menghormati panutan.
Dimana, dalam hal menghormati ini tidak ada untuk unsur duniawi maupun kekuasaan menurutnya.
“Sejak lama saya selalu berprasangka positif, bahwa jabatan Ketum PBNU ini adalah jabatan yang sifatnya menghormati panutan,” tulisnya dikutip Rabu (24/12/2025).
“Gak ada unsur duniawi kekuasaannya,” ujarnya.
Lebih jauh, Hensa sapaan akrabnya berani mengutarakan hal ini karena di dalam NU banyak Kyai besar.
“Sebab, kan banyak Kyai besar dalam NU,” tuturnya.
Namun setelah munculnya polemik yang kemarin jadi pembahasan hangat ini banyak yang perlu dikoreksi menurutnya.
“Tapi sejak muncul polemik posisi Ketum PBNU, prasangka saya diawal harus dikoreksi. Mohon maaf ya bila salah ucap, tapi itu yang saya rasakan sebagai anak yang ngajinya di Mesjid ‘beraliran’ NU walaupun belum pernah terdaftar resmi sebagai anggota NU,” jelasnya.
“Tapi saya sedih dengan kenyataan yang ada saat ini. Oh guru-guru saya diantaranya (alm) KH Munzir Tamam, (alm) KH Irfan Zidni dan (alm) KH Ahmad Zayadi #Hensa,” terangnya.
(Erfyansyah/fajar)




