Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan pasar saham Indonesia sepanjang 2025 berlangsung di tengah konsistensi aksi jual investor asing, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menutup tahun dengan kinerja positif.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 30 Desember 2025, investor asing mencatatkan penjualan bersih Rp17,34 triliun sepanjang tahun berjalan. tekanan jual asing juga masih terlihat pada perdagangan penutupan tahun, dengan net sell harian mencapai Rp938,13 miliar pada Selasa (30/12/2025).
Di sisi lain, IHSG tetap mampu menguat 22,13% secara year to date (YtD) dan ditutup di level 8.646,94. Sepanjang tahun, indeks komposit secara konsisten mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) sebanyak 24 kali. Capaian tersebut mencerminkan ketahanan pasar di tengah absennya dukungan dana asing, sehingga reli pasar saham sepanjang tahun ini digerakkan oleh dominasi investor domestik, khususnya ritel.
Struktur perdagangan juga menunjukkan saham-saham dengan kapitalisasi kecil dan menengah mendominasi volume serta frekuensi transaksi, sementara saham berkapitalisasi besar relatif tertahan oleh aksi jual asing.
Fenomena tersebut membuat pergerakan indeks unggulan seperti LQ45 dan IDX30 cenderung tertinggal dibandingkan indeks berbasis small dan mid-caps.
Secara valuasi, pasar saham Indonesia juga masih berada pada level relatif premium dengan price to earnings ratio (PER) 16,43 kali dan price to book value (PBV) 2,48 kali, di tengah arus keluar modal asing yang berkelanjutan.
Baca Juga
- Kasus Diduga Akses Ilegal Rekening Sekuritas Mirae (YP) Rugikan Investor Rp90 Miliar
- Merger Tujuh BUMN Karya Molor, Dony Danantara: Problem Keuangan Mereka Dalam
- Was-Was Risiko Integrasi BUMN Karya Lewat Merger
Investor ritel domestik tercatat mendominasi komposisi investor pasar modal di sepanjang 2025. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total investor telah mencapai 20,2 juta single investor identification (SID) per 23 Desember 2025.
Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Eddy Manindo Harahap menjelaskan realisasi hingga 23 Desember 2025 telah mencerminkan kenaikan hingga 5,34 juta SID baru dibandingkan target yang ditetapkan OJK pada awal tahun.
Sementara itu, dibandingkan realisasi 2024, tercatat pertumbuhan hingga 35,88% YoY dibandingkan 14,87 juta SID pada tahun lalu.
“Perkembangan ini juga menjelaskan keberhasilan upaya inklusi keuangan yang telah kita lakukan bersama-sama,” ucapnya di Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Dari sisi komposisi, investor ritel dengan usia kurang dari 30 tahun mendominasi total pelaku pasar modal yang mencapai 54,23%, usia 31–40 tahun sebanyak 24,88% dari total, usia 41–50 tahun sebesar 12,31%, usia 51–60 tahun sebanyak 5,69%, dan usia lebih dari 60 tahun hanya sebanyak 2,89% dari total.
Meskipun begitu, total aset yang dimiliki semua kelompok umur tersebut berbanding terbalik dengan total jumlah investor.
Investor dengan usia lebih dari 60 tahun justru memiliki total aset Rp1.201 triliun, sementara investor dengan kelompok usia kurang dari 30 tahun hanya memiliki Rp80,57 triliun dan menjadi yang terkecil dari semua kelompok umur.
“Dan ini menunjukkan potensi besar terhadap generasi muda kita dalam mendorong perkembangan pasar modal di masa depan,” ungkap Eddy.
--
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.




